Apa rasanya puasa selama 18 jam? Wah...wah...sudah pasti lebih lemas
dari puasa yang seperti biasa kita jalani selama kurang lebih 12 jam.
Puasa 18 jam ini dialami umat muslim di Rusia. Tahun ini, mereka
menjalani ibadah puasa bertepatan dengan musim panas. Itu artinya,
matahari bersinar lebih lama sehingga waktu siang lebih lama dari malam
hari.
Lamanya matahari bersinar berpengaruh dengan jadwal imsak dan berbuka
atau waktu Magrib. Imsak hari pertama di Rusia dimulai pukul 03.15 dini
hari dan buka puasa pada pukul 21.37 malam hari.
Bayangkan, betapa lamanya mereka menanti buka puasa! Ckckck...
Berbeda dengan di negara tropis seperti Indonesia, sepanjang tahun
negara kita hanya memiliki dua musim, kemarau dan hujan. Jarak antara
malam dan siang hari pun hampir sama, tidak ada yang lebih panjang
maupun singkat.
Jadi, waktu imsak dan berbuka puasa setiap tahunnya tidak berubah drastis.
Nah, kalau di negara-negara seperti Rusia atau yang ada di belahan
bumi utara dan selatan, mereka mengalami cuaca ekstrim. Saat musim
panas, matahari bersinar lebih panjang. Sebaliknya, musim dingin,
matahari bersinar lebih singkat.
Saat musim dingin di Rusia atau negara-negara sub tropis, matahari
sudah mulai tenggelam sekitar jam 3 sore. Saat itulah, jika puasa
dilaksanakan, maka sudah waktunya berbuka puasa.
Puasa di musim dingin memang lebih singkat, paling-paling hanya 7-9
jam. Waktu berpuasa dimulai dari pukul 4 pagi sampai 3 sore. Lebih
cepat, bukan?
Namun, puasa singkat ini pun berbalas dengan puasa yang lebih lama
saat musim kemarau. Wow!!! Tapi, yang terpenting dari semua ini adalah
ibadah dan niat berpuasa.
Jika kita menjalani sepenuh hati, tentu rasa lemas saat berpuasa
tidak akan terasa. Dan bersyukurlah, karena ibadah puasa berjalan di
Indonesia yang hanya mempunyai dua musim, kemarau dan hujan.
Masih ada, teman-teman kita yang melaksanakan ibadah puasa dan jauh
lebih lama dari puasa yang kita rasakan. Nah, teman-teman ada yang
pernah merasakan puasa terlama seperti di Rusia? (Annisa/Kidnesia/berbagaisumber)